Sejarah & Perkembangan Musik Slow Rock
Sejarah
musik rock melayu berawal pada Malaysia dan Singapura bermula secara
meluas pada tahun 1980-an. Hal ini karena adanya pengaruh dari budaya
musik rock barat 70-80an yang bernuansa aliran Glam Rock, Metal &
Heavy Metal seperti Iron Maiden, White Snake, Motley Crue, Deep Purple,
Van Halen, Scorpions, Rising Force, Survivor, Quiet Riot, Rainbow,
Cinderella, Judas Priest, Helloween, Metallica, Megadeth, White Lion,
Poison, Skid Row, Def Leppard, Led Zeppelin, Twisted Sister, Black
Sabbath, dan banyak lagi selanjutnya juga ada pengaruh dari Jepang
(Asia) seperti Loudness, Earthshaker, dll sehingga mendorong kemunculan
band-band rock Malaysia dan Singapura hadir dan berkembang pada saat
itu.
Lalu di Malaysia marak adanya
penyelenggaraan lomba lagu rock seperti Juara Rock, Festival Rock dan
Battle Of The Bands. Pertandingan rock atau diistilahkan dalam bahasa
orang melayu yaitu “pertandingan kejuaraan rock kebangsaan” yang
pertama diadakan dengan adanya pertandingan Juara Rock tahun 1983. Dalam
pertandingan ini, telah dimenangkan oleh D’Febians dan The Lefthanded.
Selanjutnya dengan begitu banyaknya sambutan dan antusias oleh kalangan
anak muda disana akhirnya pertandingan Juara Rock muncul kembali di
tahun 1984 dimana The Bunmark meraih juara pertama, Hurricane berada
pada juara kedua dan juara ketiga oleh band Gersang.
Seiring dengan sambutan dan
antusias oleh masyarakat yang semakin tinggi terhadap pertandingan Juara
Rock akhirnya memunculkan pertandingan kejuaran yang lain seperti
adanya Festival Rock di tahun 1984 di Johor Bahru. Keberadaan
pertandingan juara-juara rock ini secara langsung telah mengindikasikan
makin banyaknya band-band rock baru bermunculan. Musik rock di Malaysia
begitu luar biasa dan berada pada kondisi kejayaan dengan adanya Battle
Of The Bands 1 dan 2 (1986-1987) dimana pesertanya yaitu band SYJ,
Lefthanded, Ella & The Boys, Boodshed dan Whitesteel. Salah satu
dari keunikan dari mereka adalah gaya berpakaiannya yang begitu mencolok
saat berada di panggung seperti band SYJ (Syed Yusuf Jamalulail) begitu
terang-terangan berpenampilan seperti apa yang dikenakan oleh band
Motley Crue dari rambut gondrong, busana glamour sampai memakai make up.
Pengaruh musik rock
Malaysia ternyata juga sedikit dipengaruhi oleh musik Indonesia.
Keberadaan mereka sempat menjadi idola seperti adanya penyanyi era 70an
dengan permainan nuansa akustik gitarnya yaitu Ebit G Ade. Ada beberapa
musisi Malaysia yang mencoba menyanyikan lagunya seperti band Sweet
Charity dengan mengaransemennya menjadi musik slow rock diantaranya lagu
Kamelia. Lalu juga ada D’llyod dan The Mercy’s yang sempat diminati
oleh para musisi Malaysia seperti Atan vokalis dari band Aryan ternyata
menyukai dan sempat terpengaruh pada musiknya. Selanjutnya tidak
ketinggalan juga dengan keberadaan band rock asal Indonesia, God Bless
yang sudah populer sejak era 70an dan masih ada lagi penyanyi-penyanyi
lainnya.
Pada tahun 1988 - 1993 adalah
masa era keemasan rock Malaysia. Betapa begitu banyaknya band-band rock
baru bermunculan dengan albumnya seperti Lestari, Handy Black, Putra,
Fotograf, GAMMA, Blackrose, Qiara, Olan, Ekamatra, Iklim, Scarecrow
(MASA), Menara, Dinamik, Analisa, Stra T.G, Illusi, Desire, Crossfire,
Terra Rossa, XPDC, UG14, Teja, MAY, dan banyak lagi. Lalu di Singapura
juga ada band rock seperti Lovethunters, Bumi Putera Rocker (BPR),
Justice, Aces, Oblivion, Rusty Blade, Helter Skelter dll. Hingga dari
Brunai Darussalam pun sempat juga meramaikan dengan adanya band Printis.
Lalu banyak juga musisi laki-laki tampil secara solo seperti Rahim
Maarof, Kamal, Ramli Sarif, Azmeer, dll. Penyanyi solo wanita yang
distilahkan dengan Awek Rocker juga ikut ambil bagian seperti Ella,
Wohnen, Tila, Shima, dll. Sementara itu juga ada bermunculan band-band
yang lebih memilih dengan membawa aliran Underground dari sub-genre
Trash Metal, Black Metal seperti Cromok, FTG, Samurai, dll.
Kepopuleran Rock Malaysia pada
masa keemasannya juga sampai ke Indonesia, ditandai dengan kemunculan
band Search dengan lagu hits andalannya yaitu Issabella di tahun 1989
dan sempat dibuat filmnya dari judul lagu tersebut di tahun 1990 yang
dibintangi oleh pemeran utama Amy Search dan Nia Zulkarnain. Kemudian
banyak band-band rock Malaysia bermunculan membanjiri pasar Indonesia
dari media elektronik seperti Radio dan Televisi serta kaset albumnya.
Diantaranya Iklim, MAY, Dinamik, Arena, Wings, Ukays (Uk's), Senario,
Samudera, Damasutra, Mega, Dinamik, Sofea, Ekamatra, XPDC, Gersang,
GAMMA, Exists (Exist), Febians, Spring, OAG, Visa dll. Salah satu
perusahan label kaset album rock Malaysia di Indonesia adalah Akurama
Records (Indonesia). Pada masa itu Akurama Records tidak pernah
mengedarkannya dalam bentuk keping CD. Selanjutnya bermunculan
perusahaan label rocord lain dari Indonesia yang mengedarkan kaset album
Rock Malaysia seperti BLACKBOARD, Musica Studios, EMI, dll. Antara
edaran album Rock Malaysia di Indonesia dengan di Malaysia berbeda.
Album Rock Malaysia di Indonesia biasanya menggunakan lagu andalan atau
hits sebagai nama albumnya atau diganti dari asal nama albumnya. Uniknya
mereka (musisi/band rock dari Malaysia) tidak terlalu mengetahui
ternyata albumnya juga sampai dipasarkan ke Indonesia. Hasil dari
penjualan album yang berada di Indonesia hanya diraup oleh pihak
distributor.
Rupanya di awal tahun 1990-an
muncul juga band-band rock dari Indonesia sempat terpengaruh dari rock
Malaysia seperti band Caesar, Keyboard Rock Band, Lochness, dll. Lalu
ada juga penyanyi wanita seperti Cut Irna, Poppy Mercury, Inka Christie,
disusul Nike Ardilla yang merupakan didikan dari Deddy Dores. Deddy
Dores yang sebelumnya pernah bermain band bersama Lipstik dan Caezar
cukup andil besar terhadap perkembangan musik rock melayu di Indonesia
dengan karya-karya nya yang berimakan Slow Rock, sebagian besar
bertemakan tentang cinta. Begitu Banyak sudah Deddy Dores mempopulerkan
penyanyi Lady Rocker seperti Anie Carera, Nin Samantha, Mayang Sari,
Lady Avisha, Ikko, dll.
Begitu
luar biasanya kepopuleran musik Malaysia sempat menguasai pasar di
Indonesia membuat keberadaan mereka dibatasi. Bila ingin tampil di
Televisi ( Stasiun TVRI pada saat itu) dan stasiun radio mereka harus
merubah atau menyesuaikan judul dan lirik lagu ke dalam bahasa
Indonesia. Selain itu ada juga penyanyi solo dari Malaysia mesti berduet
dengan penyanyi Indonesia juga pada albumnya seperti apa yang dilakukan
oleh Amy Search dengan Inka Christie, Rahim Maarof dengan Conny Dio,
dll.
Kembali kepada perkembangan
musik Rock Malaysia dan Singapura pada pertengan tahun 1990-an muncul
istilah populer untuk sebutan Rock Melayu yaitu ”Rock Kapak”. Entah
kapan, dari mana dan siapa secara jelas yang memulai istilah ”Rock
Kapak” ini. Ada yang bilang ceritanya dulu ketika ada sekumpulan
anak-anak muda di pinggir jalan sedang menyanyi dengan gitarnya
membawakan lagu dari band Search tanpa diduga ada masyarakat yang sedang
membawa kapak mengejar mereka karena menggangu ketentraman kampung.
Lalu ada juga yang bilang band-band rock tersebut memainkan drumnya
seolah-olah sedang menabuh (benda) kapak. Namun Rock Kapak dapat
dipahami sebagai istilah untuk penyebutan rock dulu-dulu. Seumpama
kapak adalah benda zaman batu (purbakala) dibandingkan sekarang berada
di zaman lebih modern. Istilah selain Rock Kapak atau Era Rock Kapak
juga ada yang cukup populer seperti Rock Zaman Batu, Rock Dulu-Dulu,
Rock Klasik, Rock Otai, Era (Kegemilangan) Rock, Rock Kangkang. Untuk
musisi yang berambut gondrong dengan segala atribut pakaiannya sudah ada
sejak era 80an diistilahkan ”Sempoi” oleh anak-anak muda ataupun mereka
yang berpenampilan sama. Di awal 90an ada juga muncul istilah untuk
sebutan lagu slow rock yaitu ”Tangkap Lentuk/Lentok”. Biasanya
kebanyakan ”Tangkap Lentuk/Lentok” lagu-lagunya adalah bertemakan
tentang cinta namun ada juga tentang ketuhanan dan sosial walau tidak
terlalu didominasi. Istilah selain ”Tangkap Lentok” adalah seperti Rock
Leleh, Rock Cintan. Keunikan dari ciri khas musik slow rock mereka
adalah kadang biasanya menambahkan berupa instrumen melayu dengan
balutan distorsi gitar elektrik ataupun akustik. Ada juga dipadukan
dengan istrumen keyboard.. Lalu ciri khas lain permainan dari peran lead
guitar biasanya akan menampilkan gitar solo pada pertengahan dimasa
lagu sedangkan peran rythm guitar lebih sebagai pelengkap lead guitar.
Selain itu lirik yang puitis dari estetika bahasa yang indah juga
menjadi kelebihannya
Sekiranya ada 3-5 lagu berirama
slow rock dan biasanya salah satu menjadi lagu hits andalan pada album
mereka. Walaupun sejatinya dominasi mereka adalah lagu-lagu cadas yang
beriramakan Hard Rock, Heavy Metal. Musik cadas mereka seakan sedikit
tenggelam lantaran didorong oleh kehendak dan pertimbangan pasar untuk
menyanyikan lagu slow rock. Hal ini tidak bisa dipungkiri karena salah
satu faktor cukup besar dari kesuksesan penjualan album mereka adalah
musik slow rock ini. Kejadiannya dimulai sejak akhir 80an dan awal 90an
yang menjadi buah bibir perbincangan oleh masyarakat dan wartawan pada
saat itu. Orang yang kurang menyukai lagu-lagu cadas lebih suka memilih
lagu-lagu slow rocknya. Walaupun begitu gaya dan pengaruh dari Glam
Rock, Metal & Heavy Metal dari Barat dan Asia 70-80an masih kekal
adanya.
Semenjak itu dari
perkembangannya juga di Indonesia, masyarakat lebih mengenal musik rock
Malaysia pada awamnya terlanjur disebut sebagai istilah ”Slow Rock
Malaysia/Melayu” selain itu ada juga yang mengistilahkannya dengan
sebutan Rock Melayu, Malaysian Blues, Rock Balada Malaysia, Musik
Melayu. Musisi band/penyanyinya pun juga ikut terlanjur disebut
”Band/Penyanyi Slow Rock (Malaysia/Melayu) oleh masyarakat Indonesia
sendiri. Istilah ”Rock Kapak” tidak begitu populer di Indonesia.
Kalaupun ada yang pernah dengar istilah ”Rock Kapak” mungkin akan
terdengar unik, aneh dan lucu. Sebenarnya bila mendengar musik mereka
yang berirama cadas dari segi skill permainan musikalitasnya tidak perlu
diragukan.
Pada perkembanganya di tahun
1994 s/d 1997 masih banyak kembali band-band rock pendatang baru
bermunculan seperti Stings, EYE, Umbrella, Leon, Screen, Versi, AXL’s,
Fair, Arrow, Espiranza, Data, Success, dll serta band-band 80-awal 90an
ada yang kembali aktif. Dalam masa ini penampilan cara berpakaian mereka
cenderung mulai lebih polos dari sebelumnya. Mereka tidak lagi
berpenampilan glamour. Rambut gondrong masih ada namun tidak terlalu
mendominasi lagi. Musik berirama slow rock masih menjadi andalan mereka
namun masih ada tetap terselip lagunya yang berirama cadas.
Kemudian di tahun 1997 s/d 2001
band-band pendatang baru dengan suasana lebih segar dan mulai kearah
modern memberikan suasana baru dalam perkembangannya seperti adanya
Scoin, Spin, Jelmol, Sup, Spoon, Data, dll. Ciri khas musik mereka
begitu lebih kental nuansa kemelayuannya secara totalitas. Warna suara
sang vokalis terdengar mengalun mendayu-dayu serasa merintih. Biasanya
lirik lagu bertemakan tentang cinta kesedihan yang mengharu biru.
Kemudian muncul lagi istilah populer yaitu ”Rock Jiwang” untuk sebutan
mereka. Tidak bisa dipungkiri istilah ”Rock Jiwang” menjadi sebuah
subgenre baru untuk Rock Melayu selain ”Rock Kapak”. Istilah sejenis
selain ”Rock Jiwang” yang juga populer seperti Rock Leleh, Rock Cintan,
Rock Lentok Punya. Pada masa itu juga hadir band-band baru dari
sekumpulan anak-anak muda remaja seperti New Boyz, Boboy, Q-face, dll
yang mengusung aliran Slow/Pop Rock. Istilah ”Rock Jiwang” boleh juga
disebut lagu-lagu slow rock yang berada di era 80an dan awal 90an.
Memang agak sedikit membingungkan karena ada sebagian orang juga
menyebut band-band ”Rock Jiwang” adalah bagian dari Rock Kapak, disisi
lain sebagian besar orang lebih suka membedakannya. Namun boleh
dikatakan band ”Rock Jiwang” sebagai bagian dari ”Rock Dulu-Dulu”.
Sementara itu band-band lama era80an dan awal 90an sudah berangsur tidak
aktif lagi atau bubar serta juga banyak memilih bekerja diluar dari
bidang musik. Kemudian sebagian dari mereka membentuk band baru dan ada
juga yang lebih memilih bersolo karir. Rupanya keberadaan seperti
Search, MAY, Wings, Handy Black, Bloodshed, dan puluhan band lain dari
angkatan era lama masih tetap terdengar gaungnya dan tetap berjaya
hingga awal tahun 2000an.
Kembali ke Indonesia, di tahun
1997 s/d 2001 rock melayu masih tetap ada pengaruhnya. Deddy Dores masih
tetap menghadirkan penyanyi-penyanyi Lady Rockers dengan
karya-karyanya yang sering menjadi hits. Adapun penyanyi wanita yang
dihadirkan dari hasil pencarian (audisi) seperti Sonia yang berasal dari
Bandung, Jawa Barat dimana lagu-lagunya sebagian besar adalah karya
oleh Iwan. Kemudian juga penyanyi solo laki-laki seperti Rudiath, Iwan,
Ferhad Najib, Darmansyah, Sultan, Adi Sahrul, dll. Lalu ada band Gan
Rose kemudian ada Fenomena dari Jakarta tahun 1998 dan band Asahan dari
Kab. Asahan, Sumatera Utara tahun 1999 meramaikan musik rock melayu.
Tidak sedikit masyarakat Indonesia sendiri mengira mereka adalah artis
penyanyi dari Malaysia lantaran aliran musik yang mereka bawa. Pada
tahun 1999 musik dan edaran album Rock Malaysia berangsur mulai dibatasi
di Indonesia. Hingga tahun 2005 sudah jarang atau tidak terlihat lagi.
Kalaupun ada album baru dari mereka itupun cuma beberapa saja yang
beredar ataupun album kompilasi dari ambilan lagu-lagu lama. Perkara ini
ternyata sedikit terobati dengan hadirnya penyanyi-penyanyi beraliran
slow rock nuansa melayu dari Padang, Sumatera Barat seperti Thomas Arya,
Nelson’s, Yelse kemudian tahun-tahun berikutnya muncul pendatang baru
dari daerah tersebut seperti Febian, Rhiena, Jhon Kinawa, Anton, Delta,
Yulis Udo, Vina, JQ, Guslian, Sania, Boy Sandy, Rhenyma, dll.
Sejak tahun 2001 hingga memasuki
lewat 2010 industri musik Malaysia didominasi oleh musik dari
Indonesia. Ada beberapa band lama seperti band Exists yang sejak 2001
sudah merubah alirannya menjadi Rock Progresif dan unsur kemelayuannya
sudah diminimalisir. Kemudian banyak band-band baru hadir dengan memilih
kejalur indie. Kalau di dengar sekilas mirip dengan lagu band-band
Indonesia. Lirik lagu nya juga cenderung lebih sederhana dari kosa kata
yang awam sering didengar. Namun dalam keadaan itu ternyata band-band
dengan aliran underground dari subgenre Black Metal, Trash Metal, Nu
Metal, dll. muncul memeriahkan dalam industri musik Malaysia dan juga
Singapura seperti hadirnya kembali band Cromok, lalu ada juga hadir
seperti Metalasia, Sil Khannaz, Herriot, As-Sahar, dll.
Musik Rock Melayu tidak
bisa dipungkiri menjadi bagian dari genre atau aliran musik yang
berkembang di negara serumpun (Malaysia, Singapura, Indonesia dan Brunai
Darussalam) dan memiki penikmatnya sendiri yang juga banyak. Walaupun
kadang dari kalangan masyarakat aliran ini menyebutnya dengan istilah
musik cengeng, kampungan, ketinggalan zaman, kuno, dan sebagainya.
Semoga dengan mengetahui sejarah dan filosofi dari musik Rock Melayu
membuat kita tidak langsung serta merta hanya memproklamirkan sebuah
lagu Slow Rock-nya saja dengan ciri khasnya vokalnya yang mendayu-dayu
melengking dengan balutan khas distorsi musik instrumen melayu-nya.
Jangan pula dibilang musik yang berirama cadas bukan tidak berarti juga
masuk bagian dari Rock Melayu. Harapan terakhir, semoga musik Rock
Melayu dapat berkembang dan dapat sejajar dengan genre musik lain
seiring dengan perkembangan zaman yang ada dan hadir dengan menciptakan
karya-karya yang baru.
0 comments
Post a Comment